Penyebaran Pasek Bendesa Mas di Bali


Pada zaman Dalem Watu Renggong (1460 – 1550) datanglah ke Bali Danghyang Nirartha atau Pedanda Sakti Wawu Rauh dalam tahun 1489 lalu diangkat menjadi Bagawantha kerajaan. Danghyang Nirartha adalah putra dari Danghyang Semara Natha yang bersama-sama pindah dari Majapahit ke Daha, karena Majapahit telah jatuh ke tangan Islam pada tahun 1474. Islam kemudian juga merambat ke Kediri dan oleh karena itu Danghyang Nirartha pergi bersama kedua putra-putrinya yang masih kecil, yaitu Ida Suwabawa (wanita) dan Ida Kulwan (laki) ke Pasuruan. Di sini beliau menikah lagi dengan seorang putri Pasuruan yang melahirkan Ida Lor (Ida Manuaba) dan Ida Wetan.

Dari Pasuruan Danghyang Nirartha pindah lagi ke Belambangan dimana beliau menikah dengan adiknya Dalem Blambangan yang bernama Patni Keniten Saraswati dan melahirkan Ida Selaga (Ender), Ida Keniten, dan Ida Nyoman Stri Rai (wanita). Timbul keributan di istana Blambangan lantaran istrinya Dalem jatuh cinta pada Mpu Nirartha dan Dalem menuduh Nirartha mengguna-gunai sang permaisuri. Akhirnya Nirartha diusir dari Blambangan dengan ketujuh putra putrinya dan sang istri Patni Keniten Saraswati. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, beliau memutuskan untuk meninggalkan kerajaan Belambangan menuju Bali Dwipa.

Lontar, 14 a.14b :
Kunang sedateng puwa sira ring Bali Aga, tumedun sireng pelabuhan Purancak, Teninggal de maja ya, kari sire muang rabi tunggal lan putra pitung wiji, saha gagawan nira pusaka, piagem, kalpika ratna bang terusing leng. Tansah kinatik keris kaliliran nira Ki Baru Jarijimuang tateken Ki Baru Rambat. Dadia katemu wang mangwan ring tepining samudra….
Sesampaianya di Bali Aga, turun di pelabuhan Purancak, buah labu ditinggalkan disana, sedangkan istri dan ketujuh putra putrinya beserta pusaka, piagam, kalpika ratna bang. Di tepi pantai begitu sangat sepi tak ada orang yang terlihat di sana, kemudian Danghyang Nirartha memukul mukul pusakanya, keris baru jariji, dengan tongkatnya Ki Baru Rambat.

Tiba-tiba ada orang yang lewat dari tepi laut, beliau bertanya kepada orang itu tentang kemana arah jalan keluar dari pantai ini. Orang tersebut menunjuk kearah wetan, maka berjalanlah beliau disertai ketujuh putra putrinya ditemani sang istri. Perjalanan dilanjutkan ke arah timur dan suatu ketika rombongan sampai di Desa Gading Wani, yang penduduknya kebetulan ditimpa penyakit sampar. Kedatangan Danghyang Nirartha disambut oleh Ki Bendesa Gading Wani dengan ramah dan memohon kepada beliau agar sudi menolong mengobati mereka yang sedang sakit. Berkat kesaktian Danghyang Nirartha berhasil menyembuhkan rakyat Gading Wani dan sejak itu beliau disebut pula Pedanda Sakti Wawu Rauh. Sebagai tanda bakti Ki Bendesa Gading Wani mempersembahkan kepada beliau seorang putrinya bernama Ni Luh Petapan untuk dijadikan pelayannya.

Danghyang Nirartha makin terkenal di Bali dan oleh karena itu Ki Pangeran Bendesa Manik Mas mengundang beliau untuk datang ke Bumi Mas, lebih-lebih setelah diketahui, bahwa mereka masih saudara sepupu. Ki Pangeran Bendesa Manik Mas I membuatkan pasraman dan sebuah permandian di Bumi Mas untuk Danghyang Nirartha. Setelah cukup lama tinggal di Bumi Mas, Ki Pangeran Bendesa Manik Mas mempersembahkan putrinya Gusti Nyoman Manik Mas Genitri kepada Danghyang Nirartha untuk dijadikan istri (lontar Bendesa Mas:72b). Dari perkawinan ini lahirlah seorang putra yang diberi nama Ida Bokcabe. Ni Berit putri yang dibawa dari Melanting-Pulaki dan Luh Petapan putri dari Ki Bendesa Mas Gading Wani akhirnya dikawini pula dan dari yang pertama lahir Ida Andapan sedangkan dari yang kedua lahir Ida Petapan.

Kira-kira dalam tahun 1750 Bumi Mas diserang oleh Kerajaan Sukawati, oleh karena Pangeran Bendesa Manik Mas II tidak mau menyerahkan pusaka-pusakanya kepada Dalem Sukawati. Barang-barang pusaka dimaksud adalah pusaka leluhur Majapahit yang dahulu diberikan oleh Ratu Majapahit dan Patih Gajah Mada kepada Ki Patih Wulung sebagai penguasa Bali Aga Majapahit. Pusaka itu terdiri dari keris, mahkota dan sebuah permata yang sangat dimuliakan bernama Menawa Ratna. Penolakan Pangeran Bendesa Mas tersebut berdasarkan sebuah prasasti yang dahulu di keluarkan oleh Dalem Kresna Kepakisan (leluhur Dalem Sukawati) kepada Ki Patih Wulung ketika diusir dari Gelgel ke Bumi Mas. Dalam prasasti ini antara lain di muat: “Kekayaan, harta benda, pusaka-pusaka dan lain-lain yang menjadi milik Bendesa Mas tidak boleh diambil atau dijarah atau dikuasi”.

Dalem Sukawati tidak mengindahkan atau tidak memahami isi wisama ini, lalu Bumi Mas diserang dengan pasukan besar yang mengakibatkan terbunuhnya Sang Pangeran Bendesa Mas, dan keluarganya melarikan diri dari Bumi Mas termasuk keluarga Brahmana Mas. Keluarga Bendesa Mas menjadi cerai berai dan mengungsi kesegala plosok Pulau Bali dan juga termasuk ke Gading Wani.
Dalam persembunyiannya tersebut para keturunan Bendesa Mas ini menyamarkan diri dengan tidak memakai gelar kebangsawanannya agar tidak dapat diincar oleh pasukan Sukawati dan mereka berbaur dan hidup dengan masyarakat dimana mereka bersembunyi hingga sekarang ini. Namun, mereka tetap mengakui bahwa leluhurnya adalah berasal dari Ki Bendesa Manik Mas dan gelar tersebut kebanyakan telah di modivikasi dan tidak lagi dipakai akhiran kata “Mas” melainkan disesuaikan dengan nama daerah tempat mereka tinggal, seperti Pasek Bendesa Gading Mani (keturunan Bendesa Mas yang menetap di Gading Wani), Pasek Bendesa Dalem Guliang (menetap di banjar Guliang, Desa Pejeng, Gianyar).

Berdasarkan babad-babad dan sumber lainnya yang ada, maka Pura Kawitan utama para keluarga Bendesa Mas adalah Pura Lempuyang Madia, bekas parhyangan Mpu Genijaya. Di samping itu pula nyungsung ke Pura Gading Wani (Lalanglinggah), Pura Taman Pule (Mas), Pura Çilayukti (Padang Bai), dan Pura Dasar Bhuwana (Gelgel). Di Pura Besakih dibangun sebuah pelinggih untuk memuja arwah suci Danghyang Nirartha, di sebelah timurnya didirikan pula pelinggih untuk Bendesa Mas. Namun, lelintihan atau asal-usul dan hukum kepurusa, para Bendesa Mas patut nyungsung Pura Pedharman di komplek Pura Besakih, yaitu Pura Ratu Pasek. Sebagai bagian dari Warga Pasek, Pasek Bendesa Mas merupakan bagian dari Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi yang merupakan perkumpulan besar yang bertujuan untuk mengikatkan tali persaudaraan antar semua keluarga pasek. Dan organisasi ini juga merupakan salah satu bukti adanya persatuan dari seluruh warga pasek khusunya yang ada di Bali.
Share this article :
 

Post a Comment

 
Support : Jual Beli Bali | Website Gratis | Mas Template
Copyright © 2011. Ki Pasek Dwipantara - All Rights Reserved
Published by Website Gratis
Proudly powered by Blogger